Rusia Kirim Ribuan Tentara ke Dekat Ukraina

Selasa, 30 November 2021

Sekretars Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

JAKARTA, Riautribune.com - Menteri luar negeri negara anggota NATO menggelar pertemuan di Ibu Kota Latvia, Riga, guna membahas respons menghadapi pengerahan militer Rusia di perbatasan Ukraina pada Selasa (30/11).

Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu menggelar rapat khusus tersebut di tengah kekhawatiran negara Barat soal ancaman invasi Rusia ke Ukraina dalam waktu dekat.

"Tidak ada kejelasan tentang niat Rusia tetapi ada konsentrasi pasukan yang tidak biasa untuk kedua kalinya tahun ini (ke dekat perbatasan Ukraina)," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada AFP saat mengunjungi pasukan aliansi itu di Latvia.

"Kami melihat kendaraan lapis baja, drone, sistem peperangan dan puluhan ribu pasukan siap tempur (di perbatasan dekat Ukraina)," paparnya menambahkan.

Meski belum yakin soal ancaman invasi, para menlu negara NATO tetap akan membahas rencana darurat jika serangan Rusia terjadi.

Aliansi NATO yang dipimpin AS itu ingin menunjukkan kepada Kremlin bahwa Rusia akan menghadapi kerugian besar jika benar-benar melancarkan serangan terhadap Ukraina lagi.

Para pejabat NATO berharap rapat darurat hari ini dapat menghasilkan rencana konkret soal dukungan militer tambahan bagi Ukraina dan penguatan pasukan NATO di timur Eropa.

Rumor rencana invasi Rusia ke Ukraina kian mengkhawatirkan Amerika Serikat dan Uni Eropa, terutama setelah Kiev mewanti-wanti bahwa invasi Rusia dapat berlangsung paling cepat Januari mendatang.

Beberapa sumber Gedung Putih bahkan mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden juga tengah bersiap menghadapi kemungkinan invasi tersebut dengan mempertimbangkan memasok senjata baru mulai dari kendaraan tempur hingga rudal pencegat Javelin ke Ukraina.

"Kami tidak ingin meninggalkan kesan bahwa kami tidak merespons soal konsekuensi berat bagi Rusia jika mereka menempuh jalan yang kami khawatirkan akan terjadi," kata seorang pejabat senior AS.

"Adalah kunci untuk menemukan sinyal tepat dan postur strategi pencegahan yang tepat yang mengarah pada de-eskalasi, bukan eskalasi," paparnya menambahkan.

Sementara itu, Rusia, yang mencaplok Crimea dari Ukraina pada 2014 lalu, membantah rumor rencana invasi tersebut. Moskow menuduh NATO hanya memicu ketegangan.*